Jumat, 26 Juni 2015

ZAKAT



Zakat Profesi


Zakat Profesi

A. Deskripsi Masalah




UU. RI No. 38 tahun 1999 tentang pengelolaan zakat,
Pasal 11 (ayat 12) yang mengatur rincian harta yang dikenai zakat mencakup “hasil pendapatan dan jasa” .
  1. Pendapatan mencakup gaji, honorarium dan sebagainya. 
  2. Jasa memasukkan jasa konsultan, notaris, dokter, biro travel, pergudangan, komissioner, dan lain-lain. 
  3. Jenis usaha meliputi perhotelan, hiburan, industri, kontraktor, dan lain-lain. 
B. Pertanyaan 
  1. Apakah hasil pendapatan kerja dan jasa yang halal patut dipandang terkena beban zakat menurut syariat ? 
  2. Sekira terbeban zakat, bagaimana penggolongan kedalam mal zakawi dan berapa ketetapan standar nishab yang harus dipedomani ? 
  3. Tepatkah bila kadar zakat atau gaji PNS dipotong langsung perbulan oleh Badan Amil Zakat tertentu ? 
C. Jawaban 

1 . Pada dasarnya, semua hasil pendapatan halal yang mengandung unsur mu’awadhah (tukar-menukar) baik dari hasil kerja profesional / non profesional maupun hasil industri jasa dalam segala bentuknya yang telah memenuhi persyaratan zakat, antara lain mencapai jumlah 1 (satu) nishab dan niat tijarah dikenakan zakat. 

Akan tetapi realitanya jarang yang bisa memenuhi persyaratan tersebut lantaran tidak terdapat unsur tijarah (pertukaran harta terus-menerus untuk memperoleh keuntungan) 

2 . Hasil pendapatan kerja dan jasa (yang telah memenuhi persyaratan) dalam konteks zakat digolongkan zakat tijarah yang berpedoman pada standar nishab emas 

3 . Tidak boleh. Kalaupun dipahami bahwa gaji wajib dizakati, pemotongan gaji tersebut tetap belum sah diperhitungkan sebagai pembayaran zakat, sebab perhitungan maupun kadar kewajibannya pada akhir tahun bukan dari gaji bruto dan belum diterima oleh pemiliknya. 

D. Dasar Pengambilan Hukum 
1. Mughnil Muhtaj 1/398 
2. I’anatuth Thalibin 2/173 
3. Mauhibah Dzil Fadhal 4/31 

قوله والإجارة لنفسه أو ماله
أي فإذا آجر نفسه بعوض بقصد التجارة صار ذلك العوض مال تجارة قال في التحفة والمال ينقسم إلى عين ومنفعة وإن آجرها فإن كانت الأجرة نقدا عينا أو دينا حالا أو مؤجلا تأتي فيه ما يأتي أي من التفصيل أو عرضا فإن استهلكه أو نوى قنيته فلا زكاة وإن نوى التجارة فيه استمرت زكاة التجارة وهذا في كل عام

(Ungkapan Penulis: “Dan menyewakan diri atau hartanya.”)

Yakni jika seseorang menyewakan dirinya dengan suatu imbalan dengan maksud tijarah, maka imbalan tersebut menjadi harta tijarah.
Ibnu Hajar al-Haitami dalam Tuhfahul Muhtaj mengatakan: “Harta itu terbagi 2 (dua) macam; benda dan manfaat. Jika seseorang menyewakannya, maka jika upahnya berupa mata uang kontan atau dengan dihutang langsung atau bertempo, maka padanya berlaku perincian hukum. Atau berupa barang, maka jika ia menghabiskannya atau berniat menyimpannya, maka tidak ada kewajiban zakatnya. Dan jika meniati tijarah padanya, maka zakat tijarah terus berlaku padanya, dan ini berlangsung setiap tahun.4. Minhajul Qawim pada Mauhibah Dzil Fadhal 4/31-325. Tuhfatul Muhtaj dan Hawasyi Syarwani 3/295-296

Sumber :
Ahkamul Fuqaha halaman 594 s/d 600( Hasil Keptusan Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama di ASRAMA Haji Pondok Gede Jakarta 25-28 Juli 2002 / 14-17 Rabiul Akhir 1423 Tentang:
MASAIL DINIYYAH WAQI’IYYAH)Wallaahu A'lam










RUMAH TIDAK WAJIB DIZAKATI

PERTANYAAN:> Andi Fajar FazlinaAsslamu'alaykum... mohon izin bertanya apakah rumah tinggal termasuk sesuatu yang wajib dikeluarkan zakatnya? Jika wajib, berapa nishab dan kapan Aulnya? makasih atas kesediaannya menjawab

JAWABAN:> Wong Gendengwa'alaikum salam wr.wb. Tempat tiggal (Rumah ) dan pakaian yang di pakai dan kendaraan yang dikendarainya Tidak wajib Zakat Ref


الفقه على المذاهب الأربعة – 539 
هل تجب الزكاة في دور السكنى وثياب البدن، وأثاث المنزل، والجواهر الثمينة؟ لا تجب الزكاة في دور السكنى، وثياب البدن، وأثاث المنزل، ودواب الركوب، وسلاح الاستعمال، وما يتجمل به من الأواني إذا لم يكن من الذهب أو الفضة، وكذا لا تجب في الجواهر كاللؤلؤ، والياقوت والزبرجد؛ ونحوها إذا لم تكن للتجارة، باتفاق المذاهب، 
الموسوعة الفقهية الكويتية جزء 24 ص 283
لا زكاة في كتب العلم المقتناة لأهلها وغير أهلها ولو كانت تساوي نصبا ، وكذا دار السكنى وأثاث المنزل ودواب الركوب ونحو ذلك :

Tidak ada zakat untuk kitab ilmu yang dipergunakan oleh pemiliknya atau bukan pemiliiknya (Orang lain) : Walaupun sampai melebihi satu nishab , begitu juga tidak wajib zakat untuk rumah yang ditempati . Peralatan /perabot rumah, hewan tunggangan, dan semacamnya.

===============================








HUTANG TIDAK MENGHALANGI NISHAB WAJIB ZAKAT

PERTANYAAN :

Syamsuddin Muhammad Nur Aini

Assalaamu 'alaikum warahmatullah. Kami punya usaha dagang dengan harga modal barang barang kami kurang lebih 400 juta. Kami masih mempunyai utang kredit mobil lebih kurang 75 jutaan. Pertanyaan kami,jika sampai masa kami mengeluarkan zakat barang dagangan kami, apakah kami membayar 2,5 persen dari 400 juta, atau dari 400 juta dikurangi 75 juta (325 juta). Pencerahannya dimohon ! Kalau ada nas jelas dari kitab, mohon dihadirkan! terimakasih dari kami, dan semoga dapat pahala dari Allah. Aamiiin.

JAWABAN :

> Abdullah Afif 

Wa'alaikumussalaam warahmatullaah. Dalam madzhab Syafi'i, hutang tidak menghalangi kewajiban zakat....

Ta'bir sebagaimana dalam kitab Mughnil Muhtaj 1/411 :

ولا يمنع الدين وجوبها ) سواء أكان حالا أم لا

WA LAA YAMNA'U ADDAINU WUJUUBAHAA.....Jadi pengeluaran zakatmya dari 400 juta, karena hutang tidak termasuk penghalang (pengurang) nishob zakat.

===================================







ZAKAT : MEMBERIKAN ZAKAT KEPADA GURU NGAJI DAN MEMBERIKAN ZAKAT KEPADA ANAK YATIM

PERTANYAAN :

Editon Berebes Wonk Jowo

Di daerh sy petani klo ngasih zakat kok sama tokoh masyarakt yg dianggp pintr di bidng agama. bkannya yg brhak mnerima zakat adlah nak ytim dn fakir mskin..

Anehy ank yatim/fkir mskin trsbut tdak prnah mndpt jath zakat'trsebut. Mnggo tadz diterangaken..

JAWABAN :

Masaji Antoro 

MEMBERIKAN ZAKAT PADA KYAI/GURU NGAJITIDAK BOLEH JIKA HANYA BERALASAN SEBAGAI KYAI / GURU NGAJI, 

karena status mereka sebagai kyai / guru ngaji tidak bisa memasukkan mereka ke dalam golongan delapan penerima zakat, walaupun sebagai sabiilillah sebab yang dimaksud dengan sabilillah adalah orang-orang yang perang dengan cuma-cuma demi agama Allah, namun demikian terdapat pendapat mereka juga termasuk sabiilillah.

والسابع سبيل الله تعالى وهو غاز ذكر متطوع بالجهاد فيعطى ولو غنيا إعانة له على الغزو اهل سبيل الله الغزاة المتطوعون بالجهاد وان كانوا اغنياء ويدخل في ذلك طلبة العلم الشرعي ورواد الحق وطلاب العدل ومقيموا الانصاف والوعظ والارشاد وناصر الدين الحنيف

Yang ke tujuh SABILILLAAH : Ialah lelaki pejuang yang berperang dengan Cuma-Cuma demi agama Allah, maka ia diberi meskipun ia kaya raya sebagai bantuan untuk biaya perangnya.“SABIILILLAH” Ialah lelaki pejuang yang berperang dengan Cuma-Cuma demi agama Allah meskipun ia kaya raya.Dan masuk dalam kategori sabiilillah adalah para pencari ilmu syar’i, pembela kebenaran, pencari keadilan, penegak kebenaran, penasehat, pengajar, penyebar agama yang lurus. [ al-Jawaahir al-Bukhaari. Iqna Li Assyarbiiny I/230 ].

Mbah Jenggot II

‎(إنما الصدقات للفقرء) وكلمة إنما للحصر والإثبات. ثبت المذكور وتنقضى ما عداه فلا يجوز صرف الزكاة إلى هذه الوجه: لأنه لم يوجد التمليك اصلا، لكن فسر الكسانى فى البدائع سبيل الله بجميع القرب فيدخل فيه كل من سعى فى طاعة الله وسبيل الخيرات إذا كان محتاجا لأن فى سبيل الله عام فى الملك اى يشمل عمارة المسجد ونحوها مما ذكر وفسر بعض الحنيفية "فى سبيل الله" بطلب العلم ولو كان الطلب عنيا.4. الفقه الإسلامى الجزء الثانى ص: 876

Masaji Antoro 

Nambah sak ndhulit. Qoul yang mu’tamad tidak memperkenankan, karena makna sabilillah yang dimaksud dalam Al- Qur’an adalah Ghuzaat, artinya pejuang pembela Islam dalam peperangan.Namun Imam Qofal (madzhab Syafi’i) menyatakan yang dimaksud SABILILLAH itu termasuk SABIILIL KHOIR (sebagaimana dalam tafsir Al- Mannar karya Muhammad Rasid Ridho) – termasuk didalamnya membangun benteng pertahanan, masjid, madrasah, dll.

نقل القفال في «تفسيره» عن بعض الفقهاء أنهم أجازوا صرف الصدقات إلى جميع وجوه الخير من تكفين الموتى وبناء الحصون وعمارة المساجد ، لأن قوله : { وَفِى سَبِيلِ الله } عام في الكل .

“Dan al-Qaffaal menuqil dalam tafsiirnya dari sebagian para pakar Fiqh bahwa mereka memperkenankan pengelolaan zakat pada segala bentuk kebaikan seperti penyediaan kafan orang-orang mati, membangun benteng pertahanan dan membangun masjid karena firman Allah “FII SABILILLAHadalah bentuk kalimat yang umum dalam segala hal”. Tafsir ar-Raazi VIII/76. 

Hz'epay Mangkudilaga 

SISI LAIN SABILILLAH DALAM BAB ZAKAT

ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺎﺕُ ﻟِﻠْﻔُﻘَﺮَﺍﺀِ ﻭَﺍﻟْﻤَﺴَﺎﻛِﻴﻦِ ﻭَﺍﻟْﻌَﺎﻣِﻠِﻴﻦَ ﻋَﻠَﻴْﻬَﺎ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆَﻟَّﻔَﺔِ ﻗُﻠُﻮﺑُﻬُﻢْ ﻭَﻓِﻲ ﺍﻟﺮِّﻗَﺎﺏِ ﻭَﺍﻟْﻐَﺎﺭِﻣِﻴﻦَ ﻭَﻓِﻲ ﺳَﺒِﻴﻞِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﺑْﻦِ ﺍﻟﺴَّﺒِﻴﻞِﻓَﺮِﻳﻀَﺔً ﻣِﻦَ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺍﻟﻠَّﻪُ ﻋَﻠِﻴﻢٌ ﺣَﻜِﻴﻢٌ. ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ : 60 

Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk memerdekakan budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan”. (QS.At-Taubah 60). 
Dari ayat di atas, bahwa pembagian zakat itu harus disalurkan kepada para mustahiq (orang yang berhak menerimanya) yang jumlahnya ada delapan golongan. Sedangkan golongan yang lain tidak berhak menerimanya. Pengertian Sabilillah pada dasarnya adalah orang yang berperang di jalan Alloh, walaupun ia seorang yang kaya, dan tidak mendapat gaji. Sabilillah diberikan zakat sesuai dengan kebutuhannya dan kebutuhan keluarganya,selama berangkat. Namun jika tidak jadi berperang maka harus mengembalikan semua yang telah ia terima,demikian juga harus mengembalikan kelebihannya setelah berperang. [I'anatut Tholibin juz 2 hal: 219] Perbedaan pandangan tentang Sabilillah tentang zakat yang menjadi pro kontra di kalangan masyarakat, Seperti dalam permasalahan mentasyarufkan zakat kepada masjid, madrasah, pondok pesantren, panti asuhan,guru ngaji atau (kyai), yayasan sosial atau keagamaan dan lainnya, Sebagaimana banyak terjadi di kalangan masyarakat kita.- Sabilillah dalam pengertian lain : Imam Qostholani Assyafi'i berpendapat bahwa Ahli Sabilillah adalah mereka yang berperang yang bersuka rela dalam berjihad walaupun mereka itu kaya, karena untuk membantu mereka dalam berjihad. Termasuk ahli sabilillah adalah para pelajar atau santri yang mempelajari ilmu syara' ,orang-orang yang mencari kebenaran, menuntut keadilan, menegakkan kejujuran,orang-orang yang ahli memberi nasehat, memberi bimbingan dan orang yang membela agama yang lurus, sebagaimana di jelaskan dalam kitab:Jawahirul Bukhari hal. 173 ,

ﺃَﻫْﻞُ ﺳَﺒِﻴْﻞِ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍﻟْﻐُﺰَﺍﺓُ ﺍﻟْﻤُﺘَﻄَﻮِّﻋُﻮَﻥْ ﺑِﺎﻟْﺠِﻬَﺎﺩِ ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺎﻧُﻮْﺍ ﺃَﻏْﻨِﻴَﺎﺀَ، ﺇِﻋَﺎﻧَﺔً ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺠِﻬَﺎﺩِ. ﻭَﻳَﺪْﺧُﻞُ ﻓِﻲْ ﺫَﻟِﻚَ ﻃَﻠَﺒَﺔُ ﺍﻟْﻌِﻠْﻢِ ﺍﻟﺸَّﺮْﻋِﻲِّ ﻭَﺭُﻭَّﺍﺩُﺍﻟْﺤَﻖِّ ﻭَﻃُﻼَّﺏُ ﺍﻟْﻌَﺪْﻝِ ﻭَﻣُﻘِﻴْﻤُﻮﺍ ﺍْﻹِﻧْﺼَﺎﻑِ ﻭَﺍﻟْﻮَﻋْﻆِ ﻭَﺍْﻹِﺭْﺷَﺎﺩِ ﻭَﻧَﺎﺻِﺮُﻭﺍ ﺍﻟﺪِّﻳْﻦِ ﺍﻟْﺤَﻨِﻴْﻒِ . 

Imam Kasalani mentafsiri Sabililah yakni semua jalan ibadah, termasuk pula orang- orang yang berjuang dalam taat kepada Alloh, dan menegakan kebaikan dengan catatan apabila memang membutuhkan pembagian zakat, karena makna Sabilillah mencakup semua sektor kebaikan Sebagian ulama hanafiyah mentafsiri Sabilillah yakni orang-orang yang mencari ilmu walaupun kaya, Sebagaimana di jelaskan dalam Kitab : fiqih Islam juz 2 hal 876, 

: 876 ﺃﺗﻔﻖ ﺟﻤﺎﻫﻴﺮ ﻓﻘﻬﺎﺀ ﺍﻟﻤﺬﺍﻫﺐ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﻦ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻦ ﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺏ ﺍﻟﺘﻰ ﻟﻢ ﻳﺬﻛﺮﻫﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻤﺎ ﻻ ﺗﻤﻠﻴﻚ ﻓﻴﻪ: ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻗﺎﻝ (ﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﻟﻠﻔﻘﺮﺀ) ﻭﻛﻠﻤﺔ ﺇﻧﻤﺎ ﻟﻠﺤﺼﺮ ﻭﺍﻹﺛﺒﺎﺕ. ﺛﺒﺖ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻭﺗﻨﻘﻀﻰ ﻣﺎ ﻋﺪﺍﻩ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﺇﻟﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻮﺟﻪ: ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻮﺟﺪ ﺍﻟﺘﻤﻠﻴﻚ ﺍﺻﻼ، ﻟﻜﻦ ﻓﺴﺮ ﺍﻟﻜﺴﺎﻧﻰ ﻓﻰ ﺍﻟﺒﺪﺍﺋﻊ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﻘﺮﺏ ﻓﻴﺪﺧﻞ ﻓﻴﻪ ﻛﻞ ﻣﻦ ﺳﻌﻰ ﻓﻰ ﻃﺎﻋﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﺨﻴﺮﺍﺕ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﺘﺎﺟﺎ ﻷﻥ ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺎﻡ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﺍﻯ ﻳﺸﻤﻞ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ ﻣﻤﺎ ﺫﻛﺮ ﻭﻓﺴﺮ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺤﻨﻴﻔﻴﺔ "ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ" ﺑﻄﻠﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻄﻠﺐ ﻋﻨﻴﺎ . 

Imam Al-Qofal menukil dari sebagian ahli fiqih, bahwa mereka memperbolehkan mentasarufkan sodaqoh (zakat) kepada segala sektor kebaikan, seperti mengkafani mayat, membangun pertahanan, membangun masjid dan sebagainya, Karena kata-kata sabilillah (dalam Al-Qur'an) itu mencakup umum (semuanya) Sebagaimana di jelaskan dalam Kitab Tafsir Munir juz 1 hal 244,

ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﻤﻨﻴﺮ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻷﻭﻝ ﺹ: 244 (ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ) ﻭﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﻐﺎﺯﻯ ﺍﻥ ﻳﺄﺧﺬ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻏﻨﻴﺎ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻭﻣﺎﻟﻚ ﻭﺍﺳﺤﻖ ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﺻﺎﺣﺒﺎﻩ ﻻ ﻳﻌﻄﻰ ﺇﻻ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﺘﺎﺟﺎ ﻭﻧﻘﻞ ﺍﻟﻘﻔﺎﻝ ﻋﻦ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﺃﻧﻬﻢ ﺍﺟﺎﺯﻭﺍ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﺇﻟﻰ ﺟﻤﻴﻊ ﻭﺟﻮﻩ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻣﻦ ﺗﻜﻔﻴﻦ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻭﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﺤﺼﻮﻥ ﻭﻋﻤﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻻﻥ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺎﻡ ﻓﻰ ﺍﻟﻜﻞ 

Nah.....!! dari pemaparan tersebut, tanpa mengeyampingkan pendapat-pendapat ulama lain, selain Imam Al-Qoffal, maka sebagaimana hasil-hasil keputusan Bahtsul Masa'il yang banyak kita temui, Yakni diantara pertanyaan yang menyangkut Sabilillah atau yang senada dengan itu... Bagaimanakah hukum memberikan zakat kepada masjid, madrasah, pondok pesantren, panti asuhan, guru ngaji atau (kyai), yayasan sosial atau keagamaan dan lain-lain..? Maka jawabannya adalah :Menurut Jumhurul Fuqoha Madzhab(imam-imam madzhab) , memberikan zakat kepada selain ashnaf delapan (yang disebutkan dalam Al-Qur'an) ,itu tidak diperbolehkan Akan tetapi ada pendapat imam Al-Qoffal menukil dari sebagian ahli fiqih, bahwasannya zakat boleh ditasarufkan kepada sektor-sektor kebaikan atas nama sabilillah. Dan ternyata pendapat Imam Al-Qoffal ini di kuatkan oleh fatwa Moh. Syaikh Ali al-Maliki dan pernah di fatwahkan oleh Imam Hasanain Makhluf dan ulama Mu'ashirin Mesir (selengkapnya baca Hasil Bahtsul Masail PWNU Jatim 9 Oktober 2010 di PP.al Hikam Bangkalan) Pengambilan ibarot :Bughyatul Musytarsyidin hal 106

ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ 106 
(ﻣﺴﺌﻠﺔ) ﻻ ﻳﺴﺘﺤﻖ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺷﻴﺌﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻣﻄﻠﻘﺎ ﻻ ﻳﺠﺰﺀ ﺻﺮﻓﻬﺎ ﺇﻻ ﻟﺤﺮ ﺍﻟﻤﺴﻠﻢ ﻟﻴﺴﺖ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻛﺎﻟﻮﺻﻴﺔ .

Tafsir Munir juz 1 hal 244
ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﻤﻨﻴﺮ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻷﻭﻝ ﺹ:244
(ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ) ﻭﻳﺠﻮﺯ ﻟﻠﻐﺎﺯﻯ ﺍﻥ ﻳﺄﺧﺬ ﻣﻦ ﻣﺎﻝ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻏﻨﻴﺎ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻭﻣﺎﻟﻚ ﻭﺍﺳﺤﻖ ﻭﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺣﻨﻴﻔﺔ ﻭﺻﺎﺣﺒﺎﻩ ﻻ ﻳﻌﻄﻰ ﺇﻻ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﺘﺎﺟﺎ ﻭﻧﻘﻞ ﺍﻟﻘﻔﺎﻝ ﻋﻦ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﺃﻧﻬﻢ ﺍﺟﺎﺯﻭﺍ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﺇﻟﻰ ﺟﻤﻴﻊ ﻭﺟﻮﻩ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻣﻦ ﺗﻜﻔﻴﻦ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻭﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﺤﺼﻮﻥ ﻭﻋﻤﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻻﻥ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺎﻡ ﻓﻰ ﺍﻟﻜﻞ

Fiqih Islam juz 2 hal 876

ﺍﻟﻔﻘﻪ ﺍﻹﺳﻼﻣﻰ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻟﺜﺎﻧﻰ ﺹ : 876
ﺃﺗﻔﻖ ﺟﻤﺎﻫﻴﺮ ﻓﻘﻬﺎﺀ ﺍﻟﻤﺬﺍﻫﺐ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﻦ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻦ ﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﻧﺤﻮ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﺮﺏ ﺍﻟﺘﻰ ﻟﻢ ﻳﺬﻛﺮﻫﺎ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻤﺎ ﻻ ﺗﻤﻠﻴﻚ ﻓﻴﻪ: ﻷﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﻗﺎﻝ (ﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﻟﻠﻔﻘﺮﺀ) ﻭﻛﻠﻤﺔ ﺇﻧﻤﺎ ﻟﻠﺤﺼﺮ ﻭﺍﻹﺛﺒﺎﺕ. ﺛﺒﺖ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻭﺗﻨﻘﻀﻰ ﻣﺎ ﻋﺪﺍﻩ ﻓﻼ ﻳﺠﻮﺯ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﺇﻟﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻮﺟﻪ: ﻷﻧﻪ ﻟﻢ ﻳﻮﺟﺪ ﺍﻟﺘﻤﻠﻴﻚ ﺍﺻﻼ، ﻟﻜﻦ ﻓﺴﺮ ﺍﻟﻜﺴﺎﻧﻰ ﻓﻰ ﺍﻟﺒﺪﺍﺋﻊ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﺠﻤﻴﻊ ﺍﻟﻘﺮﺏ ﻓﻴﺪﺧﻞ ﻓﻴﻪ ﻛﻞ ﻣﻦ ﺳﻌﻰ ﻓﻰ ﻃﺎﻋﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﺨﻴﺮﺍﺕ ﺇﺫﺍ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﺘﺎﺟﺎ ﻷﻥ ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺎﻡ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﻠﻚ ﺍﻯ ﻳﺸﻤﻞ ﻋﻤﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻭﻧﺤﻮﻫﺎ ﻣﻤﺎ ﺫﻛﺮ ﻭﻓﺴﺮ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﺤﻨﻴﻔﻴﺔ "ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ" ﺑﻄﻠﺐ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻭﻟﻮ ﻛﺎﻥ ﺍﻟﻄﻠﺐ ﻋﻨﻴﺎ . 

[HASIL BAHTSUL MASA'IL PWNU JATIM 9 OKTOBER 2010 DI PP. AL-HIKAM BANGKALAN] Hasil Bahtsul Masail PWNU Jatim 

Deskripsi Masalah : 

Beberapa tahun belakangan ini, kian terlihat bertambah kencang polemik dan perselisihan dikalangan warga NU dibeberapa daerah dalam hal penerapan golongan sabilillah dalam asnaf mustahiq zakat. Hal ini dipicu karena ketidakseragaman dasar mereka dari hasil keputusan hukum yang disosialisasikan oleh jam’iyah NU secara kelembagaan. Sebagaimana diketahui dari penuturan ulama’ salaf (madzhab al-arba’ah) bahwa yang dimaksud “sabilillah” dalam asnaf ustahiq zakat adalah “ghuzzat” (para tentara perang sabil), terkecuali wacana pendapat yang telah dinuqil oleh imam Qoffal dari sebagian ulama yang menyatakan bahwa kata sabilillah itu bisa bermakna luas mencakup seluruh jalur sektor kebaikan (wujuh/jihah khair). Sejak awal berdiri, NU sudah mengambil langkah tegas dan antisipasi melalui keputusan no.5 dalam Muktamar NU pertama di Surabaya tanggal 21 oktober 1926, bahwa “Tidak diperbolehkan mentasharufkan zakat untuk pendirian masjid, madrasah atau pondok-pondok dengan mengatasnamakan sabilillah dengan berdasar pada kutipan imam Qoffal, sebab pendapat yang dikutip imam Qoffal tersebut adalah dlo’if”. (lihat Ahkamul Fuqoha’: 1/09 – CV. Toha Putra Semarang 1960) Namun, hasil keputusan masalah serupa diambil oleh PWNU jatim di era-eraberikutnya ternyata berbicara lain. Dalam data hasil keputusan Bahtsul Masail PWNU yang dilaksanakan di PP. An-Nur Tegalrejo Nganjuk tahun 1981, di PPAI Ketapang Malang tahun 1987 dan di PP. Langitan Tuban tahun 1988, semuanya menyimpulkan bahwa : “Hukumnya ada dua alternatif, yakni tidak boleh dengan merujuk keputusan Muktamar 1926 dimaksud. Dan yang kedua diperbolehkan dengan dasar mengikuti pendapat kutipan imam Qoffal dan fatwa Syekh Moh. Ali Al-Maliki dan ulama-ulama yang lain”. (lihat CD hasil keputusan Bahtsul Masail PWNU Jatim 1979-1994, 1996 dan 2002) 

Pertanyaan :

Pendapat siapakah sebenarnya yang dikutip oleh Imam Qoffal tersebut? Dan seberapa mu’tabar pendapatnya dalam takaran madzhab? (PCNU SIDOARJO) 

Jawaban :

Belum diketahui secara pasti siapa yangdimaksud oleh Imam Qoffal tersebut,namun ada kemungkinan besar mengarah pada Imam Hasan dan Imam Anas bin Malik.Sedangkan pendapat tersebut menurut Jumhur ulama tidak mu'tabar.Pendapat ini didukung oleh mufti Hadramaut karena pendapat tersebut di luar lingkup madzhab empat. Namun ada juga yang sependapat dengan pendapat kutipan Imam Qaffal, seperti Syeikh Hasanain Makhluf dan ulama mu'ashirin Mesir yang memfatwakan dan memilih pendapat tersebut. Dasar Pengambilan Hukum: Fatawi Syar'iyyah Wa Buhuts Islamiyah Hasanain Muhammad Makhluf hal : 255 

ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺷﺮﻋﻴﺔ ﻭﺑﺤﻮﺙ ﺇﺳﻼﻣﻴﺔ ﺣﺴﻨﻴﻦ ﻣﺤﻤﺪ ﻣﺨﻠﻮﻑ ﺹ 255 (ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ) ﺇﻥ ﻣﻦ ﻣﺼﺎﺭﻑ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﺍﻟﺜﻤﺎﻧﻴﺔ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭﺓ ﻓﻰ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ: {ﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﻟﻠﻔﻘﺮﺍﺀ} ﺇﻟﻰ ﺁﺧﺮ ﺍﻵﻳﺔ ﺇﻧﻔﺎﻗﻬﺎ {ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ } ﻭﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﺎﻡ ﻳﺸﻤﻞ ﺟﻤﻴﻊ ﻭﺟﻮﻩ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻣﻦ ﺗﻜﻔﻴﻦ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻭﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﺤﺼﻮﻥ ﻭﻋﻤﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﺗﺠﻬﻴﺰ ﺍﻟﻐﺰﺍﺓ ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ، ﻭﻣﺎ ﺃﺷﺒﻪ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎ ﻓﻴﻪ ﻣﺼﻠﺤﺔ ﻋﺎﻣﺔ ﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻛﻤﺎ ﺩﺭﺝ ﻋﻠﻴﻪ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﻭﺍﻋﺘﻤﺪﻩ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺍﻟﻘﻔﺎﻝ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻭﻧﻘﻠﻪ ﻋﻨﻪ ﺍﻟﺮﺍﺯﻯ ﻓﻰ ﺗﻔﺴﻴﺮﻩ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺬﻯ ﻧﺨﺘﺎﺭﻩ ﻟﻠﻔﺘﻮﻯ. ﻭﺑﻨﺎﺀ ﻋﻠﻴﻪ ﻻ ﻣﺎﻧﻊ ﻣﻦ ﺻﺮﻑ ﺯﻛﺎﺓ ﺍﻟﻨﻘﺪﻳﻦ ﻭﺍﻟﺤﺒﻮﺏ ﻭﺍﻟﻤﺎﺷﻴﺔ ﻭﻛﺬﺍ ﺯﻛﺎﺓ ﺍﻟﻔﻄﺮ ﻓﻰ ﺍﻷﻏﺮﺍﺽ ﺍﻟﻤﺸﺎﺭ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﻓﻰ ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ ﻟﻤﺎ ﻓﻴﻬﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺼﻠﺤﺔ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮﺓ ﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺧﺼﻮﺻﺎ ﻓﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺪﻳﺎﺭ. ﻭﺃﻣﺎ ﺟﻠﻮﺩ ﺍﻷﺿﺎﺣﻰ ﻓﻼ ﻭﺟﻪ ﻟﻠﺘﻮﻗﻒ ﻓﻰ ﺻﺮﻓﻬﺎ ﻓﻰ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﻤﺸﺮﻭﻋﺎﺕ ﺍﻟﺘﻰ ﺗﻌﻮﺩ ﺑﺎﻟﺨﻴﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺇﺫﺍ ﺗﺼﺪﻕ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻤﻀﺤﻮﻥ ﻓﻰ ﺫﻟﻚ، ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺃﻋﻠﻢ 

Fatawa Al-Azhar Juz 1 Hal : 139 

ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺍﻷﺯﻫﺮ - (ﺝ 1 /139) ﺟﻮﺍﺯ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻓﻰ ﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﺍﻃﻠﻌﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺴﺆﺍﻝ ﻭﻧﻔﻴﺪ ﺃﻧﻪ ﻳﺠﻮﺯ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﺒﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻣﻦ ﻭﺟﻮﻩ ﺍﻟﺒﺮ ﺍﻟﺘﻰ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻬﺎ ﺗﻤﻠﻴﻚ ﺃﺧﺬﺍ ﺑﺮﺃﻯ ﺑﻌﺾ ﻓﻘﻬﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺍﻟﺬﻯ ﺃﺟﺎﺯ ﺫﻟﻚ ﺍﺳﺘﺪﻻﻻ ﺑﻌﻤﻮﻡ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ {ﻭﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻪ} ﻣﻦ ﺁﻳﺔ {ﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﻟﻠﻔﻘﺮﺍﺀ ﻭﺍﻟﻤﺴﺎﻛﻴﻦ} ﺍﻵﻳﺔ ﻭﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻣﺬﻫﺐ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻭﻣﺎ ﺫﻛﺮﻧﺎﻩ ﻣﺬﻛﻮﺭ ﻓﻰ ﺗﻔﺴﻴﺮ ﻫﺬﻩ ﺍﻵﻳﺔ ﻟﻺﻣﺎﻡ ﻓﺨﺮ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺍﻟﺮﺍﺯﻯ ﻭﻧﺺ ﻋﺒﺎﺭﺗﻪ ( ﻭﺍﻋﻠﻢ ﺃﻥ ﻇﺎﻫﺮ ﺍﻟﻠﻔﻆ ﻓﻰ ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠّﻪ ﻻ ﻳﻮﺟﺐ ﺍﻟﻘﺼﺮ ﻋﻠﻰ ﻛﻞ ﺍﻟﻐﺰﺍﺓ ﻓﻠﻬﺬﺍ ﺍﻟﻤﻌﻨﻰ ﻧﻘﻞ ﺍﻟﻘﻔﺎﻝ ﻓﻰ ﺗﻔﺴﻴﺮﻩ ﻋﻦ ﺑﻌﺾ ﺍﻟﻔﻘﻬﺎﺀ ﺃﻧﻬﻢ ﺃﺟﺎﺯﻭﺍ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﺇﻟﻰ ﺟﻤﻴﻊ ﻭﺟﻮﻩ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻣﻦ ﺗﻜﻔﻴﻦ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻭﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﺤﺼﻮﻥ ﻭﻋﻤﺎﺭﺓ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻷﻥ ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠّﻪ ﻋﺎﻡ ﻓﻰ ﺍﻟﻜﻞ) ﺍﻧﺘﻬﺖ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﻔﺨﺮ ﻭﻟﻢ ﻳﻌﻘﺐ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠّﻪ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﺑﺸﻰﺀ ﻭﻗﺪ ﺟﺎﺀ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﻐﻨﻰ ﻻﺑﻦ ﻗﺪﺍﻣﺔ ﺑﻌﺪ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﻦ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﻠّﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻣﻦ ﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﺍﻟﻘﻨﺎﻃﺮ ﻭﺍﻟﺠﺴﻮﺭ ﻭﺍﻟﻄﺮﻕ ﻓﻬﻰ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﺎﺿﻴﺔ ﻭﺍﻷﻭﻝ ﺃﺻﺢ ﻟﻘﻮﻟﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ ﻭﺗﻌﺎﻟﻰ ﺇﻧﻤﺎ ﺍﻟﺼﺪﻗﺎﺕ ﻟﻠﻔﻘﺮﺍﺀ ﻭﺍﻟﻤﺴﺎﻛﻴﻦ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻟﻠﺤﺼﺮ ﻭﺍﻹﺛﺒﺎﺕ ﺗﺜﺒﺖ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻭﺗﻨﻔﻰ ﻣﺎ ﻋﺪﺍﻩ ﺍﻧﺘﻬﻰ ﻭﻇﺎﻫﺮ ﺃﻥ ﺃﻧﺴﺎ ﻭﺍﻟﺤﺴﻦ ﻳﺠﻴﺰﺍﻥ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻓﻰ ﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻟﺼﺮﻓﻬﺎ ﻓﻰ ﻋﻤﻞ ﺍﻟﻄﺮﻕ ﻭﺍﻟﺠﺴﻮﺭ ﻭﻣﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﺑﻦ ﻗﺪﺍﻣﺔ ﻓﻰ ﺍﻟﺮﺩ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ ﻏﻴﺮ ﻭﺟﻴﻪ ﻷﻥ ﻣﺎ ﺃﻋﻄﻰ ﻓﻰ ﺍﻟﺠﺴﻮﺭ ﻭﺍﻟﻄﺮﻕ ﻣﻤﺎ ﺃﺛﺒﺘﺘﻪ ﺍﻵﻳﺔ ﻟﻌﻤﻮﻡ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ {ﻭﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ} ﻭﺗﻨﺎﻭﻟﻪ ﺑﻜﻞ ﻭﺟﻪ ﻣﻦ ﻭﺟﻮﻩ ﺍﻟﺒﺮ ﻛﺒﻨﺎﺀ ﻣﺴﺠﺪ ﻭﻋﻤﻞ ﺟﺴﺮ ﻭﻃﺮﻳﻖ . ﻭﻟﺬﻟﻚ ﺍﺭﺗﻀﺎﻩ ﺻﺎﺣﺐ ﺷﺮﺡ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﺮﻭﺽ ﺍﻟﻨﻀﻴﺮ ﺇﺫ ﻗﺎﻝ. ﻭﺫﻫﺐ ﻣﻦ ﺃﺟﺎﺯ ﺫﻟﻚ ﺃﻯ ﺩﻓﻊ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻓﻰ ﺗﻜﻔﻴﻦ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻭﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺇﻟﻰ ﺍﻻﺳﺘﺪﻻﻝ ﺑﺪﺧﻮﻟﻬﻤﺎ ﻓﻰ ﺻﻨﻒ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠّﻪ ﺇﺫ ﻫﻮ ﺃﻯ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠّﻪ ﻃﺮﻳﻖ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻌﻤﻮﻡ ﻭﺇﻥ ﻛﺜﺮ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﻓﻰ ﻓﺮﺩ ﻣﻦ ﻣﺪﻟﻮﻻﺗﻪ ﻭﻫﻮ ﺍﻟﺠﻬﺎﺩ ﻟﻜﺜﺮﺓ ﻋﺮﻭﺿﻪ ﻓﻰ ﺃﻭﻝ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻛﻤﺎ ﻓﻰ ﻧﻈﺎﺋﺮﻩ ﻭﻟﻜﻦ ﻻ ﺇﻟﻰ ﺣﺪ ﺍﻟﺤﻘﻴﻘﺔ ﺍﻟﻌﺮﻓﻴﺔ ﻓﻬﻮ ﺑﺎﻕ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻮﺿﻊ ﺍﻷﻭﻝ ﻓﻴﺪﺧﻞ ﻓﻴﻪ ﺟﻤﻴﻊ ﺃﻧﻮﺍﻉ ﺍﻟﻘﺮﺏ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﻳﻘﺘﻀﻴﻪ ﺍﻟﻨﻈﺮ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﺼﺎﻟﺢ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﻭﺍﻟﺨﺎﺻﺔ ﺇﻻ ﻣﺎ ﺧﺼﻪ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﻭﻫﻮ ﻇﺎﻫﺮ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﺒﺤﺮ ﻓﻰ ﻗﻮﻟﻪ ﻗﻠﻨﺎ ﻇﺎﻫﺮ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠّﻪ ﺍﻟﻌﻤﻮﻡ ﺇﻻ ﻣﺎ ﺧﺼﻪ ﺍﻟﺪﻟﻴﻞ ﺍﻧﺘﻬﺖ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﺍﻟﺸﺮﺡ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ. ﻭﺍﻟﺨﻼﺻﺔ ﺃﻥ ﺍﻟﺬﻯ ﻳﻈﻬﺮ ﻟﻨﺎ ﻫﻮ ﻣﺎ ﺫﻫﺐ ﺇﻟﻴﻪ ﺑﻌﺾ ﻓﻘﻬﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﻣﻦ ﺟﻮﺍﺯ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻓﻰ ﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﻭﻧﺤﻮﻩ ﻓﺈﺫﺍ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﻤﺰﻛﻰ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﺍﻟﻮﺍﺟﺒﺔ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻰ ﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺠﺪ ﺳﻘﻂ ﻋﻨﻪ ﺍﻟﻔﺮﺽ ﻭﺃﺛﻴﺐ ﻋﻠﻰ ﺫﻟﻚ ﻭﺍﻟﻠّﻪ ﺃﻋﻠﻢ 

Fatawa Abu Bakar Hal : 70-76 

ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﺎﻏﻴﺜﺎﻥ 76- 70 
ﺳﺌﻞ ( ﺱ ﺍﻭ ﺍﻹﻧﻔﺎﻕ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻭ ﺍﻯ ﺷﻴﺊ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺮﺍﻓﻖ ﺍﻟﻌﺎﻣﺔ ﻭﺍﻟﻨﺎﻓﻌﺔ ﻟﻠﻤﺴﻠﻤﻴﻦ ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ ......... (ﻓﺎﺟﺎﺏ ﺑﻘﻮﻟﻪ ) ﺍﻟﺤﻤﺪ ﻟﻠﻪ ﻭﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﺳﻴﺪﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﺍﻟﺠﻮﺍﺏ ﻻﻳﺠﻮﺯ ﺻﺮﻑ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﻓﻰ ﺷﻴﺊ ﻣﻤﺎ ﺫﻛﺮﻩ ﺍﻟﺴﺎﺋﻞ ﻣﻦ ﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﺴﺎﺟﺪ ﻭﻋﻤﺎﺭﺗﻬﺎ ﺍﻭ ﺑﻨﺎﺀ ﺍﻟﻤﺪﺍﺭﺱ ﺍﻭ ﺍﻹﻧﻔﺎﻕ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻭ ﻏﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻣﻦ ﺍﻟﻤﺸﺎﺭﻉ ﺍﻟﺨﻴﺮﻳﺔ ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ ........ ﻭﻻ ﺭﺣﻤﻪ ﺍﻟﻠﻪ ) ﻫﻞ ﺗﺨﺮﺝ ﺷﻴﺊ ﻣﻦ ﺯﻛﺎﺓ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﺍﻯ ﺍﻟﻨﻘﺪ ﻓﻰ ﺍﻟﻤﺸﺎﺭﻉ ﺍﻟﺨﻴﺮﻳﺔ ﻛﺒﻨﺎﺀ ﻣﺴﺎﺟﺪ ﺃﻭﻋﻤﺎﺭﺗﻬﺎ ﺍﻭ ﺑﻨﺎﺀ ﻣﺪﺍﺭ ﻧﻌﻠﻢ ﺧﻼﻓﺎ ﺑﻴﻦ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﻓﻰ ﺍﻧﻪ ﻻﻳﺠﻮﺯ ﺩﻓﻊ ﻫﺬﻩ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﺍﻟﻰ ﻏﻴﺮ ﻫﺬﻩ ﺍﻷﺻﻨﺎﻑ ﺍﻻ ﻣﺎﺭﻭﻯ ﻋﻦ ﺍﻧﺲ ﻭﺍﻟﺤﺴﻦ ﺍﻧﻬﻤﺎ ﻗﺎﻻ ﻣﺎ ﺃﻋﻄﻴﺖ ﻓﻰ ﺍﻟﺠﺴﻮﺭ ﻭﺍﻟﻄﺮﻗﺎﺕ ﻓﻬﻰ ﺻﺪﻗﺔ ﻣﺎﺿﻴﺔ ﺍﻟﻰ ﺍﻥ ﻗﺎﻝ ....... ﺭﺍﻳﺖ ﻋﻦ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﻣﺤﻤﺪ ﺭﺷﻴﺪ ﺭﺿﺎ ﻋﻠﻰ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﺸﺮﺡ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﻷﻥ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻨﺪ ﺍﻹﻃﻼﻕ ﻫﻮ ﺍﻟﻐﺰﻭ ﻣﺎ ﻟﻔﻈﻪ ﻫﺬﺍ ﻏﻴﺮ ﺻﺤﻴﺢ ﺑﻞ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻫﻮ ﺍﻟﻄﺮﻳﻖ ﺍﻟﻤﻮﺻﻞ ﺍﻟﻰ ﻣﺮﺿﺎﺗﻪ ﻭﺟﻨﺘﻪ ﻭﻫﻮ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﻓﻰ ﺟﻤﻠﺘﻪ ﻭﺍﻳﺎﺕ ﺍﻹﻧﻔﺎﻕ ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﺸﻤﻞ ﺟﻤﻴﻊ ﺃﻧﻮﺍﻉ ﺍﻟﻨﻔﻘﺔ ﺍﻟﻤﺸﺮﻭﻋﺔ ﻭﻣﺎﺫﺍ ﻳﻘﻮﻝ ﻓﻰ ﺍﻳﺎﺕ ﺍﻟﺼﺪ ﻭﺍﻹﺿﻼﻝ ﻋﻦ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﻟﻬﺠﺮﺓ ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻞ ﻻ ﻳﺼﺢ ﺍﻥ ﻳﻔﺴﺮ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻰ ﺃﻳﺎﺕ ﺍﻟﻘﺘﺎﻝ ﻧﻔﺴﻬﺎ ﺑﺎﻟﻐﺰﻭ ﻭﺇﻧﻤﺎ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﺫﺍ ﺍﺭﻳﺪ ﺑﻪ ﺍﻥ ﻧﻜﻮﻥ ﻛﻠﻤﺔ ﺍﻟﻠﻪ ﻫﻰ ﺍﻟﻌﻠﻴﺎ ﻭﺩﻳﻨﻪ ﺍﻟﻤﺘﺒﻊ ﻓﺴﺒﻴﻞ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻰ ﺍﻷﻳﺔ ﻳﻌﻢ ﺍﻟﻐﺰﻭ ﺍﻟﺸﺮﻋﻲ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﻣﺼﺎﻟﺢ ﺍﻹﺳﻼﻡ ﺑﺤﺴﺐ ﻟﻔﻈﻪ ﺍﻟﻌﺮﺑﻰ ﻭﻳﺤﺘﺎﺝ ﺍﻟﺘﺨﺼﻴﺺ ﺍﻟﻰ ﺩﻟﻴﻞ ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻧﺘﻬﻰ ﻓﻠﻌﻞ ﻣﻦ ﻗﺎﻝ ﺑﺠﻮﺍﺯ ﺩﻓﻊ ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ ﺍﻟﻰ ﻣﻦ ﺫﻛﺮ ﺍﻟﺴﺎﺋﻞ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﺎﺀ ﺍﻷﺯﻫﺮ ﻭﻏﻴﺮﻫﻢ ﺃﺧﺬ ﺑﻘﻮﻝ ﺍﻟﺴﻴﺪ ﺭﺷﻴﺪ ﺭﺿﺎ ﻫﺬﺍ ﻭﻟﻜﻦ ﻫﺬﺍ ﻣﺨﺎﻟﻒ ﻟﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﺬﺍﻫﺐ ﺍﻟﻤﻌﻤﻮﻝ ﺑﻬﺎ ﻛﻤﺎ ﺭﺃﻳﺘﻪ ﻓﻴﻤﺎ ﻧﻘﻠﻨﺎﻩ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﺮﺡ ﺍﻟﻤﺬﻛﻮﺭ ﺛﻢ ﻛﺜﺮ ﺍﺳﺘﻌﻤﺎﻟﻪ ﻓﻰ ﺍﻟﺠﻬﺎﺩ ﻹﻧﻪ ﺳﺒﺐ ﻟﻠﺸﻬﺎﺩﺓ ﺍﻟﻤﻮﺻﻠﺔ ﺍﻟﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺛﻢ ﻭﺿﻊ ﻋﻠﻰ ﻫﺆﻻﺀ ﻻﻧﻬﻢ ﺟﺎﻫﺪﻭﺍ ﻻ ﻓﻰ ﻣﻘﺎﺑﻞ ﻓﻜﺎﻧﻮﺍ ﺍﻓﻀﻞ ﻣﻦ ﻏﻴﺮﻫﻢ ﻭﺗﻔﺴﻴﺮ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﻏﻴﺮﻩ ﺍﻟﻤﺨﺎﻟﻒ ﻟﻤﺎ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻛﺜﺮ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﻟﻪ ﺑﺎﻟﺤﺠﺞ ﻟﺤﺪﻳﺚ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﺎﺑﻮﺍ ﻋﻨﻪ ﺍﻯ ﺑﻌﺪ ﺗﺴﻠﻴﻢ ﺻﺤﺘﻪ ﺍﻟﺘﻰ ﺯﻋﻤﻬﺎ ﺍﻟﺤﺎﻛﻢ 

Wallohu A'lam.
________________________________ 











MEMBERIKAN ZAKAT PADA YATIM PIATU 

BOLEH dan SAH * 

Menerimakan zakat pada yatim piatu apabila mereka memang termasuk salah satu delapan orang yang berhak menerima zakat seperti keberadaan mereka memang fakir miskin dan tidak keturunan Bani Hasyim dan Bani Muthallib menurut pendapat yang shahih 

( فرع ) الصغير إذا لم يكن له من ينفق عليه فقيل لا يعطى لاستغنائه مال اليتامى من الغنيمة والأصح أنه يعطي فيدفع إلى قيمة لأنه قد لا يكون في نفقته غيره ولا يستحق سهم اليتامى لأن أباه فقير قلت أمر الغنيمة في زماننا هذا قد تعطل في بعض النواحي لجور الحكام فينبغي القطع بجواز إعطاء اليتيم إلا أن يكون شريفا فلا يعطى وإن منع من خمس الخمس على الصحيح والله أعلم

[ CABANG BAHASAN ] Anak yatim yang masih kecil jika memang tidak ada orang yang menafkahinya maka sebagian pendapat menyatakan bahwa anak tersebut tidak boleh diberi zakat karena ia sudah cukup mendapatkan bagian dari ghanimah (harta rampasan), menurut pendapat yang lebih shahih bahwa anak tersebut boleh diberi zakat dan disalurkan pada pembinanya. 

Menurutku, perihal ghanimah pada masa sekarang ini sudah tidak ada disebagian daerah karena kebobrokan para penguasanya karenanya diputuskan kebolehan memberikan zakat kepada anak yatim tersebut kecuali bila ia termasuk kalangan bani hasyim maka ia juga tidak boleh diberi meskipun ia juga terhalang menerima bagian dari khumus menurut pendapat yang shahih. [ Kifaayah I/191 ]. 

Wallaahu A'lamu Bis Showaab 
------------------------------------------------ 

*MOHON DIBACA DAN FAHAMI KETERANGANYAN DENGAN SEKSAMA SEMOGA TIDAK SALAH DALAM MEMAHAMI.

Link: http://www.piss-ktb.com/2012/02/436-zakat-memberikan-zakat-kepada-guru.html